Detail Berita

Line
Pertama Kalinya, Politeknik Negeri Kupang Miliki Guru Besar
13 Agu

Pertama Kalinya, Politeknik Negeri Kupang Miliki Guru Besar

Kupang, Kemendikbud --- Rapat senat terbuka luar biasa Politeknik Negeri Kupang (PNK) yang digelar pada Sabtu 28 November 2020 lalu, mengukuhkan Adrianus Amheka, sebagai guru besar bidang teknik mesin sistem energi lingkungan. Pengukuhan yang berdasarkan pada keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 30 Juni 2020 tersebut, sekaligus membuat PNK memiliki seorang guru besar untuk pertama kalinya.
 
Direktur Politeknik Negeri Kupang, Nonce Farida Tuati mengatakan, lahirnya guru besar pertama pada lembaga tersebut adalah sebuah kebanggaan sekaligus tantangan bagi jajaran dosen di lingkup lembaga vokasinya. Dikatakan Nonce Farida, butuh perjuangan dan ikhtiar yang kukuh,untuk meraih jabatan akademik mengingat sejumlah syarat yang berat dan sulit. “Non est ad astra mollis e teris via," ungkapnya mengutip kata bijak Latin.
 
Nonce Farida berharap capaian tertinggi pada bidang akademik ini akan berkontribusi bagi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Pada lingkup politeknik negeri di Indonesia, baru terdapat 17 profesor dan salah satu di antaranya berada di PNK. "Kami sangat berbangga atas momentum ini, namun kami tetus mendorong agar akan terlahir profesor-profesor lainnya dari lembaga ini," tuturnya dalam sambutan di Gedung PNK, pekan lalu.
 
Direktur Jendereral Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Wikan Sakarinto, pada kesempatan sama mendorong jajaran dosen di lembaga pendidikan vokasi untuk terus terpacu mencapai gelar profesor. Dengan lahirnya profesor terapan tambahnya akan membuka ruang besar bagi kemajuan SDM dan produk karya bangsa Indonesia.
 
Capaian riset terapan yang dihasilkan perguruan tinggi diharapkan bisa menghasilkan produk Indonesia yang mendunia. "Guru besar terapan akan lebih menghasilkan ekostem riset terapan dan ekosistem pembelajaran yang lebih memastikan lulusan kompeten, tidak pada  hardskills saja tetapi softskills yang kuat. Kami menanti teknologi terapan untuk kelestarian lingkungan kita," demikian ditambahkan Wikan Sakarinto.
 
Dirjen Wikan mengatakan, jika riset vokasi, atau riset terapan, hanya berhenti pada paper/publikasi saja tanpa penerapan, tanpa hilirisasi produk riset ke pasar atau masyarakat, maka kurang punya makna terapannya dan kurang kemanfaatannya. Oleh karenanya, penting untuk diimplementasikan.
 
"Kita sudah terbiasa impor. Ini bukan Indonesia di masa depan. Samsung dari Korea. Ipin Upin masih impor dari Malaysia. Daya kreasi kita diharapkan diperkuat dan dipertegas harus sampai menghilirkan produk riset ke pasar," imbuhnya.
 
Lebih lanjut Nonce Farida menjelaskan, pengembangan sumber daya manusia pada lembaga pendidikan PNK terus dilakukan. Hal ini demi menjadikan lembaga ini sebagai lembaga unggul dan memiliki daya saing mumpuni untuk menghasilkan sumber daya yang berkualitas. Kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di luar negeri menjadi sebuah keniscayaan.
 
"Saat ini ada sejumlah dosen yang kami kirim menggunakan beasiswa untuk menempuh pendidikan di sebuah universitas di Taiwan," katanya menyebutkan. Tidak hanya itu, kerja sama pendidikan juga dilakukan dengan sejumlah perguruan tinggi di dalam negeri. Nonce Farida berharap, nantinya pemerinrah daerah bisa memanfaatkan sejumlah sumber daya lokal yang mumpuni untuk pembangunan daerah. "Semua ini untuk kepentingan peningkatan kualitas output pendidikan dari Politeknik Negeri Kupang," tegas Direktur PNK itu.
 
Sementara itu, Guru Besar Bidang Teknik Mesin Sistem Energi Lingkungan, Adrianus Amheka dalam orasinya mengatakan, gelar profesor yang dicapainya bukan miliknya sebagai personal, tetapi milik bersama. Ini dimaksud agar akan ada kontribusi signifikan bagi kesejahteraan masyarakat yang lebih luas.
 
Pada bagian lain, Adrianus menyampaikan rekomendasi terkait pemanfaatan energi. Dikatakan Adrianus, dari keberdaan struktur ekonomi dan tren kebijakan yang mengintegrasikan sistem energi dan lingkungan yang ada pada Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya Kota Kupang, menunjukan bahwa masih terdapat ruang untuk menerapkan kebijakan implementasi pengelolaan energi bersih atau EBT untuk mendukung pembangunan daerah rendah karbon yang berkelanjutan.
 
Di akhir pidatonya, Wikan Sakarinto mengajak industri untuk pasarkan hasil penelitian yang dihasilkan vokasi. "Mari bergerak bersama untuk capaian  sumber daya manusia yang kompeten serta menghasilkan produk riset terapan yang berguna bagi andalan Indonesia," tutup Dirjen Wikan. ***

To Top